Hamba Illahi
cinta kekal abadi adalah cinta ILLAHI
Selasa, 7 Januari 2014
5 ELEMEN penting dalam multimedia
1)Teks ( Teks )
Teks adalah salah satu elemen dari multimedia yang sangat
membantu dalam memperjelas informasi untuk konsumen. Pada teks ini terdapat
berbagai macam karakter yang disediakan dan pemakaianya tergantung dari iklan
atau tema yang diangkat.
2)Gambar ( Image )
Gambar atau grafik merupakan bagian yang penting dalam dunia
multimedia. Sebab sebuah gambar dapat menggambarkan ribuan kata-kata. Dengan
sebuah gambar, pesan-pesan dapat kita ungkapkan dengan lebih indah dan mudah.
3)Suara (Audio)
Beberapa tahun yang lalu pemakai PC sudah cukup puas dengan
PC speaker yang hanya mengeluarkan nada tertentu pada suatu saat. Dalam
teknologi multimedia, suara mempunyai peranan yang cukup tinggi bila kita
tinjau dari visi utama informasi multimedia yaitu memanfaatkan segala indera manusia
terutama mata dan telinga.
4)Video
Video merupakan gabungan gambar-gambar mati yang dibaca
berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang
digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan
frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam
kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai
frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan.
5)Animasi (Animation)
Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin
dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah
hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film - film kartun di tevisi
maupun dilayar lebar jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam
diproyeksikan menjadi bergerak.Penggunaan animasi pada komputer telah dimulai
dengan ditemukannya software komputer yang dapat dipergunakan untuk melakukan
ilustrasi di komputer, membuat perubahan gambar satu ke gambar berikutnya
sehingga terbentuk suatu bentuk gerakan tertentu.
KEHIDUPAN SEBAGAI PELAJAR WEB
ini merupakan storyboard sketch DAN blue print kumpulan sy......
kami sma2 mnyiapkannya...syukur ALHMDULILLAH....dpt jgk ciap kan benda ni............
BLUE PRINT
YANG NII YANG LEBIH KEMAS LAAAAaaa,,,,jom ar tgk2.......yang guna teknologi ckit he8
Blueprint
storyboard
kami sma2 mnyiapkannya...syukur ALHMDULILLAH....dpt jgk ciap kan benda ni............
BLUE PRINT
ni storyboard sketch
YANG NII YANG LEBIH KEMAS LAAAAaaa,,,,jom ar tgk2.......yang guna teknologi ckit he8
Blueprint
storyboard
Ahad, 5 Januari 2014
:) :)
مَا الدُّنْيَا فِيْ اْلاَخِرَةِ إلاَّ كَمِثْْلِ مَا يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ فِيْ الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah..
Rahmat Allah Mengalahkan Murka-Nya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي”
رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku” ~ diriwayatkan oleh Muslim (begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)
Menutup Aib diri Sendiri dan Orang lain
Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.
Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.
Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa ataubagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya.Allah berfirman dalam SuratAl Hujarat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman!Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:"Wahai orangyang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya."(HR. at-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)
Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama,aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab.
Oleh Ust. H. Zulhamdi M. Saad, Lc
Tabarrruj ialah mendedahkan kecantikan paras rupa,, samada kecantikan itu di bahagian muka atau di anggota-anggota badan yang lain. Al-Bukhari Rahmatullahi’alaihi ada berkata: “Tabarruj,iaitu seseorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya.’
Untuk menjaga masyarakat dari bahaya pendedahan aurat dan di samping menjaga kehormatan wanita dari sebarang pencerobohan, maka dengan yang demikian Allah melarang setiap wanita yang telah berakal lagi baligh dari bermake-up(tabarruj).
Maka dengarlah wahai belia-beliawanis islam semua,segala suruhan Allah s.w.t andainya anda semua beriman denganNya, Allah telah berfirman dalam al-Quran melalui surah al-Nur, ayat 31 yang bermaksud:
“Katakanlah kepada wanita yg beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka,putera-putera lelaki mereka,putera-putera saudara perempuan mereka,atau wanita-wanita islam ,atau budak-budak yang mereka miliki,atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Ketahuilah bahawa kain tudung yang dimaksudkan Allah dan dalam firmanNya yang bermaksud: “Hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya”(al-Nur:31) bukanlah terhenti di bahagian kepala sahaja,malahan menutupi bayangan mutiara yang tersisip di dada juga disuruh. Sesiapa yang mendedahkan bahagian kepala atau bahagian dadanya, maka sudah jelas,ia bukan dari seorang yang menghormati suruhan Allah s.w.t. Akibat dari kecuaian dan kelalaian tersebut sudah pasti seseorang itu menerima azab yang pedih di hari akhirat kelak.
Awas! Wahai golongan wanita, Allah telah berfirman yang bermaksud: “janganlah menampakkan perhiasan”(al-Nur:31). Dengan ini jelas bahawa sebarang corak perhiasan di anggota badan atau di pakaian, adalah boleh membawa fitnah. Dengan inilah Allah melarang bermake-up. Larangan seperti ini hanya sanggup ditaati oleh wanita-wanita yang beriman sahaja kerana takut kepada kemurkaan Allah dan siksaan dari-Nya.
Pengertian perhiasan bukanlah terhad pada alat-alat solek atau fesyen-fesyen pakaian sahaja,malahan perhiasan yang paling istimewa adalah terletak pada tubuh badan seseorang wanita itu. Sekiranya kecantikan rupa paras seperti ini didedahkan kepada orang lelaki,maka perbuatan demikian juga dinamakan TABARRUJ!.
Ada pula dikalangan wanita yang bertudung,disamping tudung ini diletakkan pula di atasnya kaitan bunga dan ukiran yang menarik,manakala rambutnya yang di bahagian hadapan sengaja dihulurkan keluar dari kain tudung, dan terjuntai menutupi sebahagian dahi dan lesung pipitnya. Andainya angin bayu meniup lalu,sudah jelas rambut tadi terlambai-lambai mengikut arus bayu.
Ada fesyen pula,rambutnya disanggul dan dihias pula laksana mahkota, kerana dengan ini,setelah nanti dilekatkan dengan kain tudung,semakin jelas bentuk(tubuh badan) dan keindahan mahkotanya.
Idea dan usaha ini kelakukan supaya tambah menarik setiap mata memandang,dan kononnya supaya dianggap orang,bahawa ia juga seorang yang mentaati Allah, di samping pandai pula menyesuaikan diri dengan berbagai-bagai fesyen pakaian mengikut keadaan zaman.
Sebenarnya maksud dan usaha anda sedemikian rupa adalah salah. Allah s.w.t lebih mengetahui segala persoalan yang tersirat di dalam otak anda. Penzahiran tindakan ini bererti kamu menipu diri sendiri. Akhirnya anda juga tergolong di dalam golongan wanita-wanita yang bermake-up seperti dan firman Allah dalam ayat yang lalu,dan padahnya bukan sama??!!
Dari sini mari pula kita meninjau ayat Al-Quran yang bermaksud: “Dan jangan mereka menghentakkan kaki agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”(al-Nur:32). Dari kandungan ayat ini,Allah juga melarang setengah golongan wanita(tradisi mereka ini bergelang kaki) dari menghulurkan kaki hingga terlihat perhiasan tersebut.
Andainya baju yang dipakai menutupi aurat, tetapi oleh kerana hoyongan badan ketika berjalan,pakaian itu turut terhoyong hingga kadang-kadang ternampak bentuk badan di setengah bahagian anggota,keadaan seperti ini dimaafkan.
Berikut pula mari kita merenung firman Allah khasnya yang ditujukan kepada isteri-isteri Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
“Hai isteri-isteri Nabi(a.s),kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,jika kamu bertaqwa. Kerana itu janganlah kamu terlalu lunak dalam bicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada perasaan serong di dalam hatinya,tetapi ucaplah perkataan yang baik.”(Al-Ahzab:32)
Dari ayat ini dapatlah difahamkan bahwa suara lemah-lembut adalah sebahagian daripada aurat wanita juga.
Kembali lagi kita kepada jenis alat-alat make-up. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:”Andainya wanita keluar dari rumah serta memakai bau-bauan,maka dia sudah dianggap melakukan perzinaan.”
Penggunaan wangi-wangian sembur atau jenis-jenis bauan bagi kaum wanita di waktu keluar dari rumah adalah dilarang,kerana syari’at Islam,apabila melarang perzinaan,maka segala sumber-sumber dan ciri-ciri yang membawa kepada perbuatan keji tadi semuanya juga dilarang.
Ummu Salamah ada menceritakan, maksudnya begini: Asma’ binti Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah s.a.w pada suatu hari dengan berpakaian nipis. Lantas Rasulullah s.a.w menasihatinya dengan bersabda yang maksudnya: “Wahai Asma’,sesungguhnya seseorang gadis yang telah berhaid(baligh),tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali ini dan ini.” Dis samping itu Rasulullah mengisyaratkan kepada muka dan dua tapak tangan.
Alangkah bahagianya seorang wanita seandainya ia bersifat sederhana di luar rumah, tetapi menjadi peragawati di dalam rumah. Sudah tentu ia tidak menerima teguran yang banyak , kerana bukan mudah untuk melayan selera jumhur(orang ramai), tetapi suami di rumah mudah dilayan. Jika masih ada teguran darinya itulah alamat suami yang sayangkan isterinya. Besok atau setelah menerima wang gaji, segala kehendak pasti dipenuhi.
Kesimpulan maksud hadith di atas,bolehlah difahamkan bahawa Allah s.w.t membenarkan bagi wanita membuka muka dan dua tangan jika anggota-anggota tersebut tidak bersolek. Andainya anggota-anggota tersebut dihiasi ,umpamanya muka berbedak,kening bercelak,bibir bergincu dan sebagainya,maka kawasan muka seperti ini wajib juga ditutup dengan kain tudung. Begitu juga dua tapak tangan hingga ke pergelangan. Andainya dihias (seperti berinai atau seumpamanya) maka wajiblah ditutup seperti bersarung tangan.
Tujuan suruhan ini adalah untuk menghindarkan dari berlaku sebarang kemungkaran. Setelah seseorang wanita tidak lagi bersolek kecuali untuk dipersembahkan kepada suaminya,maka tertegaklah suatu benteng yang dapat menyekat sebarang renungan dan kerlingan mata keranjang..
Pendedahan perhiasan yang dilakukan oleh wanita dengan mempamerkan kejelitaan tubuh mereka dianggap sebagai satu penipuan yang besar terhadap lelaki. Pendedahan tersebut boleh menimbulkan shahwat berahi setiap lelaki,istimewa pula bagi mereka yang mempunyai shahwat haiwaniah. Perbuatan tadi umpama membentangkan juadah makanan di hadapan mereka,mata siapakah yang tidak terbeliak? Selera siapakah yang tidak terbuka? Natijah daripada pula Allah s.w.t tidak ketinggalan untuk memerintahkan kaum lelaki supaya mereka memelihara penglihatan mereka daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan. Larangan tersebut terdapat di dalam firmanNya yang bermaksud:”katakanlah kepada orang lelaki yang beriman: Hendaklah mereka memelihara (menahan) pandangan dan memelihara kemaluannya…”(al-Nur:30)
Demikian juga Allah menyuruh perempuan supaya menahan pandangan mereka dengan firmanNya:”Hendaklah mereka menahan pandangnya…”
Analisa ini semua ialah: Pandangan boleh membawa kepada zina
“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah..
Rahmat Allah Mengalahkan Murka-Nya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي”
رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku” ~ diriwayatkan oleh Muslim (begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)
Menutup Aib diri Sendiri dan Orang lain
Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.
Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.
Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa ataubagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya.Allah berfirman dalam SuratAl Hujarat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman!Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:"Wahai orangyang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya."(HR. at-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)
Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama,aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab.
Oleh Ust. H. Zulhamdi M. Saad, Lc
INGAT WAHAI KAUM HAWA
Tabarrruj ialah mendedahkan kecantikan paras rupa,, samada kecantikan itu di bahagian muka atau di anggota-anggota badan yang lain. Al-Bukhari Rahmatullahi’alaihi ada berkata: “Tabarruj,iaitu seseorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya.’
Untuk menjaga masyarakat dari bahaya pendedahan aurat dan di samping menjaga kehormatan wanita dari sebarang pencerobohan, maka dengan yang demikian Allah melarang setiap wanita yang telah berakal lagi baligh dari bermake-up(tabarruj).
Maka dengarlah wahai belia-beliawanis islam semua,segala suruhan Allah s.w.t andainya anda semua beriman denganNya, Allah telah berfirman dalam al-Quran melalui surah al-Nur, ayat 31 yang bermaksud:
“Katakanlah kepada wanita yg beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka,putera-putera lelaki mereka,putera-putera saudara perempuan mereka,atau wanita-wanita islam ,atau budak-budak yang mereka miliki,atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Ketahuilah bahawa kain tudung yang dimaksudkan Allah dan dalam firmanNya yang bermaksud: “Hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dadanya”(al-Nur:31) bukanlah terhenti di bahagian kepala sahaja,malahan menutupi bayangan mutiara yang tersisip di dada juga disuruh. Sesiapa yang mendedahkan bahagian kepala atau bahagian dadanya, maka sudah jelas,ia bukan dari seorang yang menghormati suruhan Allah s.w.t. Akibat dari kecuaian dan kelalaian tersebut sudah pasti seseorang itu menerima azab yang pedih di hari akhirat kelak.
Awas! Wahai golongan wanita, Allah telah berfirman yang bermaksud: “janganlah menampakkan perhiasan”(al-Nur:31). Dengan ini jelas bahawa sebarang corak perhiasan di anggota badan atau di pakaian, adalah boleh membawa fitnah. Dengan inilah Allah melarang bermake-up. Larangan seperti ini hanya sanggup ditaati oleh wanita-wanita yang beriman sahaja kerana takut kepada kemurkaan Allah dan siksaan dari-Nya.
Pengertian perhiasan bukanlah terhad pada alat-alat solek atau fesyen-fesyen pakaian sahaja,malahan perhiasan yang paling istimewa adalah terletak pada tubuh badan seseorang wanita itu. Sekiranya kecantikan rupa paras seperti ini didedahkan kepada orang lelaki,maka perbuatan demikian juga dinamakan TABARRUJ!.
Ada pula dikalangan wanita yang bertudung,disamping tudung ini diletakkan pula di atasnya kaitan bunga dan ukiran yang menarik,manakala rambutnya yang di bahagian hadapan sengaja dihulurkan keluar dari kain tudung, dan terjuntai menutupi sebahagian dahi dan lesung pipitnya. Andainya angin bayu meniup lalu,sudah jelas rambut tadi terlambai-lambai mengikut arus bayu.
Ada fesyen pula,rambutnya disanggul dan dihias pula laksana mahkota, kerana dengan ini,setelah nanti dilekatkan dengan kain tudung,semakin jelas bentuk(tubuh badan) dan keindahan mahkotanya.
Idea dan usaha ini kelakukan supaya tambah menarik setiap mata memandang,dan kononnya supaya dianggap orang,bahawa ia juga seorang yang mentaati Allah, di samping pandai pula menyesuaikan diri dengan berbagai-bagai fesyen pakaian mengikut keadaan zaman.
Sebenarnya maksud dan usaha anda sedemikian rupa adalah salah. Allah s.w.t lebih mengetahui segala persoalan yang tersirat di dalam otak anda. Penzahiran tindakan ini bererti kamu menipu diri sendiri. Akhirnya anda juga tergolong di dalam golongan wanita-wanita yang bermake-up seperti dan firman Allah dalam ayat yang lalu,dan padahnya bukan sama??!!
Dari sini mari pula kita meninjau ayat Al-Quran yang bermaksud: “Dan jangan mereka menghentakkan kaki agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”(al-Nur:32). Dari kandungan ayat ini,Allah juga melarang setengah golongan wanita(tradisi mereka ini bergelang kaki) dari menghulurkan kaki hingga terlihat perhiasan tersebut.
Andainya baju yang dipakai menutupi aurat, tetapi oleh kerana hoyongan badan ketika berjalan,pakaian itu turut terhoyong hingga kadang-kadang ternampak bentuk badan di setengah bahagian anggota,keadaan seperti ini dimaafkan.
Berikut pula mari kita merenung firman Allah khasnya yang ditujukan kepada isteri-isteri Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
“Hai isteri-isteri Nabi(a.s),kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,jika kamu bertaqwa. Kerana itu janganlah kamu terlalu lunak dalam bicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada perasaan serong di dalam hatinya,tetapi ucaplah perkataan yang baik.”(Al-Ahzab:32)
Dari ayat ini dapatlah difahamkan bahwa suara lemah-lembut adalah sebahagian daripada aurat wanita juga.
Kembali lagi kita kepada jenis alat-alat make-up. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:”Andainya wanita keluar dari rumah serta memakai bau-bauan,maka dia sudah dianggap melakukan perzinaan.”
Penggunaan wangi-wangian sembur atau jenis-jenis bauan bagi kaum wanita di waktu keluar dari rumah adalah dilarang,kerana syari’at Islam,apabila melarang perzinaan,maka segala sumber-sumber dan ciri-ciri yang membawa kepada perbuatan keji tadi semuanya juga dilarang.
Ummu Salamah ada menceritakan, maksudnya begini: Asma’ binti Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah s.a.w pada suatu hari dengan berpakaian nipis. Lantas Rasulullah s.a.w menasihatinya dengan bersabda yang maksudnya: “Wahai Asma’,sesungguhnya seseorang gadis yang telah berhaid(baligh),tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali ini dan ini.” Dis samping itu Rasulullah mengisyaratkan kepada muka dan dua tapak tangan.
Alangkah bahagianya seorang wanita seandainya ia bersifat sederhana di luar rumah, tetapi menjadi peragawati di dalam rumah. Sudah tentu ia tidak menerima teguran yang banyak , kerana bukan mudah untuk melayan selera jumhur(orang ramai), tetapi suami di rumah mudah dilayan. Jika masih ada teguran darinya itulah alamat suami yang sayangkan isterinya. Besok atau setelah menerima wang gaji, segala kehendak pasti dipenuhi.
Kesimpulan maksud hadith di atas,bolehlah difahamkan bahawa Allah s.w.t membenarkan bagi wanita membuka muka dan dua tangan jika anggota-anggota tersebut tidak bersolek. Andainya anggota-anggota tersebut dihiasi ,umpamanya muka berbedak,kening bercelak,bibir bergincu dan sebagainya,maka kawasan muka seperti ini wajib juga ditutup dengan kain tudung. Begitu juga dua tapak tangan hingga ke pergelangan. Andainya dihias (seperti berinai atau seumpamanya) maka wajiblah ditutup seperti bersarung tangan.
Tujuan suruhan ini adalah untuk menghindarkan dari berlaku sebarang kemungkaran. Setelah seseorang wanita tidak lagi bersolek kecuali untuk dipersembahkan kepada suaminya,maka tertegaklah suatu benteng yang dapat menyekat sebarang renungan dan kerlingan mata keranjang..
Pendedahan perhiasan yang dilakukan oleh wanita dengan mempamerkan kejelitaan tubuh mereka dianggap sebagai satu penipuan yang besar terhadap lelaki. Pendedahan tersebut boleh menimbulkan shahwat berahi setiap lelaki,istimewa pula bagi mereka yang mempunyai shahwat haiwaniah. Perbuatan tadi umpama membentangkan juadah makanan di hadapan mereka,mata siapakah yang tidak terbeliak? Selera siapakah yang tidak terbuka? Natijah daripada pula Allah s.w.t tidak ketinggalan untuk memerintahkan kaum lelaki supaya mereka memelihara penglihatan mereka daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan. Larangan tersebut terdapat di dalam firmanNya yang bermaksud:”katakanlah kepada orang lelaki yang beriman: Hendaklah mereka memelihara (menahan) pandangan dan memelihara kemaluannya…”(al-Nur:30)
Demikian juga Allah menyuruh perempuan supaya menahan pandangan mereka dengan firmanNya:”Hendaklah mereka menahan pandangnya…”
Analisa ini semua ialah: Pandangan boleh membawa kepada zina
CONTOH INFOGRAFIK
Assalamualaikum kawan2.....he8
rnduu lahh plakk kt blog2 sy ni.............
Ini adalah salah satu hasil kerja INFOGRAFIK ALEA :)
he8...........macam peristiwa berlaku spnjng buat bnda ni ha8........
apa-apa pun ALeA bersyukur dapat menyiapkan benda ni......
ni yang adobe illustrator punya
macam cantikk je.........
rnduu lahh plakk kt blog2 sy ni.............
Ini adalah salah satu hasil kerja INFOGRAFIK ALEA :)
he8...........macam peristiwa berlaku spnjng buat bnda ni ha8........
apa-apa pun ALeA bersyukur dapat menyiapkan benda ni......
ni yang adobe illustrator punya
macam cantikk je.........
yang ni menggunakan adobe photoshop
Khamis, 17 Oktober 2013
Sabtu, 5 Oktober 2013
Langgan:
Catatan (Atom)